Udah lama banget ga nge-blog, sekalinya nge-blog langsung nulis tentang ini. Tulisan ini terinspirasi dari ftv tadi pagi. Kebetulan lagi nyetrika dan udah lama juga ga nonton dan emang tumben banget siarannya berhikmah, hahah.
Jadi tu hikmah yang aku dapet tadi ayah si gadis bilang, "Ngebangun rumah tangga itu ga kayak ngebangun perusahaan (si anak lagi kerja di sebuha perusahaan). Di perusahaan kalo ada yang ga disukai kita bisa dengan mudah ganti dengan yang lain, tidak dengan rumah tangga." (Ga pernah seserius ini aku nonton ftv wkkwwk) Auto mikir, iya juga ya. Ya namanya hidup bersama ga suka itu pasti akan ada, gesekan-gesekan pasti akan datang, ga selamanya hubungan itu mulus. Ini yang pertama
Yang kedua, kata bapak penjual bubur, "dalam kehidupan rumah tangga itu suami dan istri harus saling membantu dalam menyelesaikan tugas di rumah dan tugas-tugas lainnya. Kalo ibuk lagi ga bisa ngurus anak ya bapak yang gantiin. Pun begitu dengan tugas yang lainnya. Yang masih banyak orang berpikiran urusan rumah dan ngurus anak itu tugasnya ibuk. Sementara bapak ga mau tau. Ya intinya apapun itu saling membantu."
Sambil nonton aku jadi berpikir panjang dan berusaha mengambil hikmah dari berbagai perjalanan yang udah dilalui dalam usia yang sebentar lagi genap 25. Dari berbagai patah hati yang dirasakan, proses yang berulangkali gagal. Kesemua itu pasti ada hikmah yang Allah berikan ada hati yang sedang Allah kokohkan untuk menghadapi kehidupan berumahtangga. Karena memang rumahtangga itu ga selalu musim semi. Akan ada musim panasnya (kayak di Mesir pas musim panas anginnya aja panas. Mau mandi pun niat hati ingin bersejuk-sejuk, airnya aja panas hahah). Akan ada musim dinginnya (kebayang ujian di puncak musim dingin, nulis pake sarung tangan penanya sering kepeleset. Ga pake sarung tangan, beku. Sementara jawaban yang akan ditulis berhalaman-halaman kertas double folio.) 'ala kulli haal, apapun itu musim yang dihadapi saat berumahtangga harus pandai-pandai melewatinya. Jalan keluar itu pasti ada, tapi dari kitanya harus bersinergi dalam mencarinya.
Oiya, keinget lagi pas banget juga tadi malem abis otak-atik urusan kuliah tetiba aja pengen baca novel Mba Asma Nadia "Catatan Hati Seorang Istri". Baru beberapa halaman yang dibaca intinya apapun keadaan bisa terjadi dikemudian hari. Ini lebih ke istri karena emang judulnya aja udah "Catatan Hati seorang Istri" hehe. Intinya sebagai seorang istri harus siaga dalam segala hal. Misalnya begini, si istri sudah terbiasa jadi IRT saja untuk kebutuhan apapun itu ngalir dari suami. Suaminya meninggal, dan dia kebingungan akan bagaimana kelangsungan hidupnya dan anak-anaknya. Dan berbagai rupa keadaan lainnya yang kapanpun bisa terjadi. Kesiapan menghadapi apapun takdir yang akan menyapa didepan nanti tidaklah mudah. Kuatkah iman kita? Luaskah hati menerima? Siapkah diri menghadapinya?
Jadi ya intinya kita butuh ilmu, keimanan yang menghujam didalam dada, hati yang kokoh serta kesiapan diri untuk menghadapi berbagai hal yang apapun bisa diterjadi. Barangkali Allah belum mempertemukan juga sampai saat ini adalah karena sedang mengokohkan hati kita menyiapkan diri kita untuk menghadapi kehidupan rumah tangga yang penuh warna nantinya.
Sebagai penutupnya, doa seorang kakak yang masih kuingat sampai saat ini,
Ya Allah aku meminta kepadaMu hati yang senantiasa bersyukur, lisan yang senantiasa berzikir, diri yang senantiasa bersabar atas setiap musibah yang menimpa, serta pasangan yang solih yang dapat membantuku pada urusan-urusan yang terkait dengan agama dan duniaku.
Allahumma aamiin
Komentar
Posting Komentar