"...dua nikmat ini lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya..."
Diantara kita ketika dihadapkan dengan sebuah ujian merasa dirinya lah yang paling sengsara. Ada yang merasa diuji dengan bentuk fisiknya. Ada juga yang merasa paling menderita dalam urusan harta dll. Apalagi ditengah-tengah masa pandemi ini. Merasa diri sendiri yang paling menderita. Ini semua menunjukkan bahwa dia belum mengenal Allah 'azza wa jalla. Jika dia benar-benar mengenal Allah, alih-alih ingin mengeluh yang ada malah rasa syukur yang kian bertambah. Dalam kondisi terburuk sekalipun yang tengah dirasakan, tetap ni'matNya jauh lebih banyak.
"Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Diantara limpahan nikmat yang Allah berikan, ada-ada saja hal yang dianggap manusia pantas untuk dikeluhkan kepada Allah, sehingga merasa Allah tidaklah adil kepadanya. Padahal jika harus berdiam diri sambil duduk menghitung nikmatNya tak akan cukup waktu untuk menghitungnya.
Ada sebuah kisah pada masa Abu Ubaidah bin Jarroh ketika beliau memegang kekuasaan di Syam. Suatu hari saat beliau memantau keadaan rakyatnya, Abu Ubaidah melewati sebuah hutan yang yang tak ada penduduknya, tiba-tiba dia melihat ada sebuah gubuk kecil ditengah hutan. Beliau pun penasaran dan mendekati gubuk tersebut, dari luar dia mendengar seseorang sedang bertahmid kepada Allah; Alhamdulillah, terus dan terus. Abu Ubaidah pun penasaran dan mengetuk pintu gubuk itu. Ketika masuk ia terheran karena didalamnya hanya ada seorang kakek yang sedang berbaring diatas tanah, tak ada perabotan apapun didalamnya walau hanya sehelai tikar untuk berbaring. Abu Ubaidah mendekati sang kakek dan baru menyadari kalau kakek tersebut adalah seorang tunanetra, lalu melihat kakinya juga lumpuh ditengah usianya yang sudah sangat tua, yang bergerak hanya bibirnya saja sambil terus mengucapkan tahmid.
Beliau duduk disisi kakek tersebut lalu bertanya,
"Wahai kakek, dengan siapa kakek tinggal disini?"
"Dengan satu orang anak saya, tadinya saya punya keluarga yang besar, namun mereka semua telah meninggal kecuali satu orang." Jawab kakek
"Lalu kenapa kakek tidur disini?" Tanya Abu Ubaidah kembali
"Saya lumpuh dan saya tidak bisa melihat, tapi Allah Maha Baik..."
(Abu Ubaidah pun heran, sudah tua renta, sendirian, tidak bisa melihat, lumpuh dan tak ada apapun dirumahnya) "Kek, dari tadi saya mendengar kakek selalu bertahmid, tapi saya perhatikan kakek tak punya kehidupan yang layak. Apa yang kakek syukuri?" Tanya Abu Ubaidah penuh heran.
(Kakek itu tersenyum lalu menjawab) "Wahai Tuan, ada dua ni'mat yang Allah berikan kepada saya dan itu lebih saya cintai daripada dunia dan seisinya. Yang mana dua nikmat itu hanya Allah berikan kepada hamba yang Ia cintai."
"Apa itu dua nikmat yang tak sembarang orang mendapatkannya?" Tanya Abu Ubaidah
"Dua nikmat itu adalah hati yang senantiasa mampu bersyukur dan lisan yang senantiasa mampu berzikir. Saya selalu bersyukur, saya selalu merasa bahagia dan selalu merasa bersyukur."
Demikianlah, hati yang mampu untuk senantiasa bersyukur akan membimbing lisan untuk senantiasa berzikir mengingat Allah. Sebaliknya, hati yang tak mampu bersyukur akan membuat lisan untuk sering berkeluh kesah.
Yaa Rabb, jadikanlah hati-hati kami untuk senantiasa bersyukur dan lisan-lisan yang senantiasa berzikir mengingat Mu...
Wallahu'alam bishshowab
#Ramadhan7
Masya Allah...❤
BalasHapus