Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya. (QS:79:40-41)
Ketakutan adalah energi jiwa untuk membentengi diri dari perbuatan yang mengandung murka Ilahi. Orang yang takut akan kebesaran Rabbnya tak akan berani berbuat maksiat, maka dengan rasa takutnya kepada keagungan Rabbnya inilah yang akan menuntunnya untuk menyesali segala kekhilafan.
Menahan diri dari hawa nafsu merupakan inti dalam wilayah keta'atan, sebab hawa nafsu adalah pendorong yang kuat terhadap semua pelanggaran. Maka jarang sekali manusia melakukan kemaksiatan kecuali tersebab kan hawa nafsu. Kebodohan masih bisa diobati, sedang hawa nafsu butuh perjuangan yang berat dan panjang untuk mengobatinya.
Takut kepada Allah merupakan benteng yang kokoh dalam menghadapi dorongan hawa nafsu yang membinasa. Takut kepada Allah juga bisa diartikan sebagai pengawasan. Dalam pengawasan Allah, kita berusaha hidup dalam keshalihan. Karena sungguh kita lebih patut untuk malu dan takut kepada Allah yang selalu membersamai
Antara hawa nafsu dan takut akan kebesaran Allah; penyakit sekaligus penawarnya. Maha Suci Allah yang Maha mengetahui dimana keinginan-keinginan hawa nafsu dan penyakit-penyakitnya bersembunyi. Dia juga mengetahui bagaimana cara mengembalikannya dan mengendapkannya ditempat-tempat persembunyiannya.
Sungguhlah berat perjuangan dalam menahan diri dari hawa nafsu. Maka ia yang senantiasa meminta pertolongan kepada Allah dan memupuk rasa takut kepadaNya, surga lah yang Allah tetapkan baginya atas perjuangan berat yang telah ia lalui.
"Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya"
Meminjam kata-kata Ust. Salim, ketakutan kita pada Allah bukanlah gigil kengerian. Ia adalah kesadaran. Ia adalah kehati-hatian. Ia pun justru ketentraman.
Wallahu'alam bishshowab
*sc: tafsir fi zilaalilQuran dan Menggali ke Puncak Hati. Ramadhan 5
Komentar
Posting Komentar