Langsung ke konten utama

Menjadi Ibu


Menjadi ibu adalah bagian dari keajaiban. Menjadi ibu adalah sebuah amanah besar, mendidik sang buah hati agar terus tumbuh dalam iman. Maka inilah awal dari sebuah proses membangun peradaban besar. Menjadi ibu mengharapkan keturunan salih dan shalihah tidaklah bisa dengan hanya berangan-angan. Sebab ia adalah sebuah tanggung jawab besar, dengan perjuangan yang tidak sebentar, pengorbanan yang tidak sembarangan. Semoga wahai ibu dan calon ibu, Allah bimbing setiap langkah lemah kita untuk membentuk sebaik-baik insan. Lalu diakhir nanti kau tersenyum, dengan lembut tanganmu mendidik generasi membangun bangsa serta tangguh pengorbananmu; membuat cemburu bidadari surga. 

Sebuah pesan masuk dua hari lalu dari seorang teman yang sudah lama tak berkabar. Tiba-tiba mengirimkan sebuah pesan yang membuat haru, aku tertegun pada kalimat terakhir darinya, "Aku percaya pemimpin yang shalih itu lahir dari kamu." Berulangkali kubaca kalimat itu, sambil mematut-matut diri dan melihat kebelakang tentang diri ini yang masih butuh banyak perbaikan sana sini. Apa pantas? 

Memang, menjadi ibu itu artinya memiliki tanggungjawab yang sangat penting dan serius dihadapan Allah. Karena ibu akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak-anaknya. Ibu merupakan sosok pendidik yang paling utama bagi setiap anak, ialah pribadi ideal yang didapati pertama kali oleh sang anak saat pertama kali matanya terbuka untuk melihat dunia. Dan ibulah yang memiliki kedudukan yang mulia dan pengaruh sangat besar yang tak hanya dirasakan oleh seorang saja tapi juga dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Maka benarlah kata seorang pujangga Arab; Ibu adalah sekolah, apabila dia mempersiapkannya. Dia menyiapkan masyarakat yang baik keturunannya. 

Namun menjadi ibu kata Mba Dewi dalam bukunya Salihah Mom's Diary bukanlah pilihan yang menyeramkan untuk dijalankan. Melainkan sebuah fase pendewasaan yang harinya mungkin diliputi kelelahan, tetapi pasti selalu terselip kesenangan. Maka sudah pasti untuk menjalankan peran tersebut perlu membekali diri dan mempersiapkan diri agar kelak bisa melahirkan generasi yang diharapkan. 

Dari beberapa buku yang kubaca tentang parenting khususnya menjadi ibu, ada beberapa hal yang mesti dipersiapkan untuk menjadi seorang ibu yang ideal. Disini kucoba meringkas beberapa poin penting tersebut. 

1. Ibu yang berwawasan luas

Untuk poin pertama ini sudah kutuliskan di blog sebelumnya, bisa klik disini sebab salah satu faktor keberhasilan dan kesuksesan seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya adalah, ia harus menjadi ibu yang berpendidikan.

2. Ibu yang dapat dijadikan sebagai teladan

Ketika seorang ibu melakukan kebohongan kepada anaknya, berarti ibu tersebut telah memberikan legalisasi kepada anaknya bahwa berbohong itu sesuatu yang diperbolehkan.
Bahasa gerak dan perbuatan lebih besar pengaruhnya daripada bahasa lisan. Memperbaiki diri agar dapat menjadi teladan yang baik merupakan suatu keharusan bagi seorang ayah, terlebih khusus lagi bagi seorang ibu. Sehingga anak-anak dapat mengetahui akhlak yang baik dari perbuatan dan sifat orangtuanya secara langsung. 

3. Ibu yang ikhlas

Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya amal disisi Allah. Ketika seorang ibu menjalankan tugasnya dalam mendidik anak-anaknya, maka ia harus meniatkan semua itu ikhlas mengharap ridha Allah swt. Pendidikan yang ibu lakukan bagi anak-anak bukanlah karena adanya harapan agar mereka mau berbuat baik kepada orangtuanya ketika besar nanti. Akan tetapi pendidikan yang dilakukan adalah merupakan bentuk ketaatan ibu kepada Allah swt dan sebagai bentuk usaha dalam meraih ridhaNya.

4. Ibu ideal adalah istri shalihah

Satu hal yang tak boleh dilupakan ibu kapan pun juga; tetap sebagai seorang istri dari suaminya baik sebelum maupun setelah memiliki anak. Kehidupan rumahtangga suami-istri memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kejiwaan dan perasaan emosional anak-anak. Akan berbeda antara anak-anak yang tumbuh dalam keadaan orangtua yang sering cekcok dengan orangtua yang dapat mengendalikan emosinya. Meski tidak bisa dipungkiri bahwa perselisihan akan selalu ada dan bisa terjadi kapan dan dimana saja. 
Jadi apa kaitan ibu dalam pembahasan ini?
Biasanya istri menjadi penyebab dari problem yang timbul dalam rumah tangga. Karena perasaannya yang dominan dan interaksinya yang berlebihan dalam menghadapi permasalahan, apalagi sosok wanita sangat cepat emosi. 
Rasulullah saw bersabda, "Siapapun perempuan (istri) yang meninggal dalam keadaan diridhai suami; dia akan masuk surga" HR. At-Tirmidzi

Maka saat terjadi perselisihan, sebenarnya tak ada diantara keduanya yang diuntungkan dan dirugikan. Akan tetapi kedua-duanya sama-sama dirugikan. Cukuplah bagi ayah dan ibu mengingat bahwa semua itu akan berdampak pada anak-anak mereka dimasa yang akan datang. 

5. Ibu yang penyabar

Mendidik anak sangat membutuhkan kesabaran, sebab ia adalah sebuah perjalanan yang tidak sebentar dan perjuangan yang sembarangan.
 
6. Ibu yang realistis 

Ibu ideal adalah ibu dapat mengetahui dimensi realitas yang dijalankannya. Kita tidak bisa memungkiri bahwa setiap orang memiliki obsesi, harapan dan impian. Akan tetapi tak semua orang bisa mewujudkan semua keinginannya. Oleh karenanya, ia tidak mesti menghukum dirinya karena kegagalan dalam memperoleh apa yang diinginkan. 
Sebagai seorang ibu harus bisa menerima tingkat dan kemampuan pendidikan, berpikir dan bakat yang dimiliki anak. Yang mana sikap ini akan membuka mata ibu untuk bisa memberi kebebasan pada anak dalam memilih apa yang disukai anak. Berika motivasi kepada anak agar bisa sukses dan berhasil, kemudian hasilnya serahkan kepada Allah swt. 

7. Ibu yang lemah lembut namun tegas

Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan Dia menyukai kelemahlembutan dalam segala hal. (HR. Bukhari dan Muslim) 

Kelemahlembutan bisa mendatangkan banyak manfaat jika dibandingkan sikao keras. Namun adakalanya sikap keras dibutuhkan kondisi tertentu. Tegas terhadap anak bukan berarti bertindak keras atau kasar. Memandang anak dengan pandangan yang penuh ketegasan terkadang lebih berpengaruh daripada hukuman yang bersifat fisik. Ibu dapat melakukan ketegasan tanpa kekerasan, dan memberikan kasih sayang tanpa memanjakan. 

***
Sekian beberapa poin yang bisa kusimpulkan dalam tulisan kali ini. Ada banyak hal lagi yang mesti menjadi bekal untuk menjadi ibu. Dan dari semua itu yanh harus senantiasa disadari oleh setiap orangtua bahwa anak adalah titipan, amanah dari Allah. Maka pada setiap usaha haruslah menyandarkannya pada Allah, memohon pertolongan serta petunjuk dari Allah dalam mengemban amanah tersebut. Sambil terus mendoakan sang anak agar tumbuh kembang dalam iman. Sebab tiada seorang pun diantara kita yang tau akan bagaimana hari esok. 

Wallahu'alam bishshowab
Nb: teman-teman yang mungkin ada rekomendasi buku-buku atau artikel mengenai parenting bisa ditulis di kolom komentar :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendidik Generasi Qur'ani

Melihat banyaknya pesantren-pesantren di tanah air yang akhir-akhir ini mengadakan studi tour keluar negri khususnya negri timur untuk mengambil sanad tahfiz dan tahsin Qur'an menimbulkan sedikit banyaknya rasa sedih sekaligus khawatir akan ini semua. Tidak ada yang salah dengan program ini. Namun, siapapun pihak yang mengadakan ini terkhususnya sebagai orang tua yang ingin mendidik anak-anaknya menjadi generasi Qurani, mestilah tau dan paham bagaimana langkah-langkahnya dalam mendidik. Mendidik generasi Qurani tidak cukup hanya dengan bermodalkan uang banyak. Tidak cukup dengan hanya mengirimkan anaknya sebulan dua bulan ke luar negri, sebut saja Mesir salah satu contohnya. Tidak salah mengirimkan anak untuk belajar Qur'an langsung ke Mesir, namun ada tahapannya. Tahapan inilah yang banyak terlupakan oleh orang tua. Yang pertama kali mesti dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anak agar menjadi generasi Qurani adalah menyandarkan diri kepada Allah dan memahami bahwa anak

Beda Jalan, Beda Cerita tapi Tujuan Tetap Satu

"Yang membuat kita pudar semangatnya adalah ketika kita membandingkan lini masa kita dengan lini masa orang lain." ~KHC Pernah tidak merasa tertinggal dari yang lain dalam banyak hal, entah itu soal cita maupun cinta? Kurasa hampir semua orang pernah merasakannya. Tak terkecuali akupun pernah merasakannya, tapi seiring berjalannya waktu kusadari ini semua bukan soal siapa yang cepat siapa yang lambat. Bukan. Menepilah sejenak, coba berbicara antara kamu dan dirimu sendiri. Yang dicari, hilang Yang dikejar, lari Yang ditunggu Yang diharap Biarkanlah semesta bekerja Untukmu Tenangkan hati Semua ini bukan salahmu Jangan berhenti Yang kau takutkan takkan terjadi Kita coba lagi Untuk … Mungkin bisa sambil mendengarkan lirik lagu dari Kunto Aji ini, bagiku ini maknanya dalam. But ya, tergantung perspektif masing-masing.  Biarkanlah semesta bekerja untukmu, tenangkan hati, semua ini bukan salahmu. Dalam banyak hal seringkali kita membandingkan hasilnya dengan yang orang lain dapatka

Sekilas tentang Kehidupan Rumah Tangga

Udah lama banget ga nge-blog, sekalinya nge-blog langsung nulis tentang ini. Tulisan ini terinspirasi dari ftv tadi pagi. Kebetulan lagi nyetrika dan udah lama juga ga nonton dan emang tumben banget siarannya berhikmah, hahah.  Jadi tu hikmah yang aku dapet tadi ayah si gadis bilang, "Ngebangun rumah tangga itu ga kayak ngebangun perusahaan (si anak lagi kerja di sebuha perusahaan). Di perusahaan kalo ada yang ga disukai kita bisa dengan mudah ganti dengan yang lain, tidak dengan rumah tangga."   (Ga pernah seserius ini aku nonton ftv wkkwwk) Auto mikir, iya juga ya. Ya namanya hidup bersama ga suka itu pasti akan ada, gesekan-gesekan pasti akan datang, ga selamanya hubungan itu mulus. Ini yang pertama Yang kedua, kata bapak penjual bubur, " dalam kehidupan rumah tangga itu suami dan istri harus saling membantu dalam menyelesaikan tugas di rumah dan tugas-tugas lainnya. Kalo ibuk lagi ga bisa ngurus anak ya bapak yang gantiin. Pun begitu dengan tugas yang lainnya. Yang m