Langsung ke konten utama

Pendidikan bagi Muslimah

Mereka bilang anak perempuan itu harus dirumah, mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Tak usah sekolah tinggi-tinggi, nanti takut laki-laki melamar, bisa-bisa jadi perawan sampai tua. Tak payah bermimpi tinggi-tinggi karena akan menjadi penjaga rumah saja.

Pendidkan bagi perempuan, adalah suatu permasalahan  yang dari dulu sering didengungkan para orangtua dan bahkan hingga kini, saat zaman dan pemikiran semakin berkembang.

Padahal kita semua tahu bahwa kemajuan sebuah bangsa tidak bisa dipisahkan dari bangkitnya dunia pendidikan. Karena pendidikan adalah kebutuhan setiap bangsa. Bahkan dalam ranah keluarga, pendidikan mutlak menjadi suatu hal yang utama. Pendidkan adalah salah satu sarana dalam membentuk sebuah kepribadian islami yang berlaku seumur hidup. Dimulai sejak anak berada didalam kandungan hingga akhir hayat

Islam dan kaum hawa

Dalam islam, seorang wanita memiliki tugas dan kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam hal pendidikan. Dalam sebuah hadis Rasulullah SAW bersabda,

“Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”(HR. Ibnu Adi dan Baihaqi).

Hadis ini menunjukkan begitu pentingnya pendidikan sehingga Rasulullah pun memerintahkan secara khusus agar kaum muslimin memperhatikan pendidikan anak-ankanya. Beliau tahu bahwa anak-anak adalah penerus generasi yang akan menggenggam generasi islam selanjutnya sehingga pendidikan keislaman akan terjaga dari generasi ke generasi.

Sebuah kenyataan yang sangat berbeda dengan kaum feminis yang mengatakan bahwa islam merenggut hak-hak wanita dan mengekang kebebasan untuk berkarya. Padahal sejarah kelam bangsa Yunani yang memperlakukan wanita sebagai benda mati yang dapat diperjualbelikan justru telah membuktikan perlakuan dari luar islam terhadap wanita yang tidak memanusiakannya. Begitu juga tradisi arab jahiliyah sebelum islam yang menguburkan bayi perempuan hidup-hidup. Perempuan dianggap makhluk hina dan hanya dijadikan sebagai objek pemuas nafsu belaka.

Baru kemudian islam datang menghapus paradigma sesat tentang wanita. Islam datang dengan kesempurnaannya mengangkat derjat dan kemuliaan wanita. Dalam islam wanita adalah kehormatan yang wajib dijaga. Pun begitu dengan semua aturan dan hukum yang disyariatkan islam untuk wanita adalah untuk memuliakan dan menghormati wanita.

Dan didalam bidang pendidikan seperti yang sudah disebut diatas bahwa wanita juga memiliki kewajiban yang sama dengan laki-laki dalam mencari ilmu.
Sungguh mengagumkan bukan, bahwa islam pun memberikan ruang yang memadai kepada para muslimah untuk berkiprah dalam bidang pendidikan. Tinta sejarah telah mencatat hal itu, diantara sosok-sosok mulia tersebut adalah :

Khadijah bintu Khuwailid RA

Yang memainkan peran sentral dalam mendukung dan menyebarkan risalah islam, sebagaimana yang diungkapkan Rasulullah terhadapnya “Allah SWT tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia beriman kepadaku ketika yang lain mendustakanku, ia memberikan kekayaannya kepadaku saat tidak ada orang lain yang membantuku...” (HR Bukhari, Ahmad dan Thabrani)

Aisyah bintu Abu Bakr Ash-Shiddiq

Beliau tercatat sebagai salah satu yang terbanyak dalam meriwayatkan hadis dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu seperti ilmu fikih, kesehatan dan syair arab. Yang dengan itu beliau menjadi pusat rujukan muslimah lainnya dalam permasalahan fikih wanita, bahkan juga menjadi rujukan para sahabat dalam berbagai ilmu lainnya.

•Sebelum abad kelima hijriah juga banyak para pengajar muslimah yang melahirkan generasi emas.
Diantaranya ada Ummu Darda, ia adalah pendidik sejumlah alim seperti Abdul Malik bin Marwan yang telah belajar kepadanya hingga menjadi Amirul Mukminin.
Juga ada Zainab bintu Ahmad bin Abdurrahman (740H) sebagai pengajar kitab Sohihul Muslim di masjid Al-Umawi Damaskus. Dan masih banyak lagi muslimah lainnya yang berkiprah dan memberikan kontribusi besar dalam bidang pendidikan.

Demikianlah sejumlah sosok muslimah yang berjasa dan berkontribusi dalam bidang pendidikan. Mereka turut andil dalam mewujudkan peradaban islam saat membangun dan mengokohkannya.

Dari bebrapa kisah diatas kita bertanya-tanya bagaimana bisa mereka berhasil mencetak generasi terbaik dibawah tekanan? Bagaimana bisa mereka mampu mengorbankan jiwa raganya untuk perjuangan islam ?

Jawabannya adalah bahwa didalam hati mereka ada nilai-nilai pendidikan yang besar, ada karakter yang terpadu dalam jiwa mereka, dan karena adanya visi yang terbangun dalam jiwa sehingga nilai-nilai pendidikan yang luhur itu mampu menggerakkan hati mereka dalam melakukan hal-hal yang mampu mendobrak dunia. 

***

Kembali pada topik awal

Pendidikan bagi muslimah, pentingkah ?

Sebagai makhluk yang bernama wanita, ia memiliki tugas khusus yang sangat penting lagi mulia ; mengandung, melahirkan, menyusui dan menjadi pendidik pertama setiap anak manusia. Dan yang lebih penting lagi adalah mencetak generasi rabbani, generasi pejuang yang kelak akan menjadi penegak kebenaran ditengah-tengah zaman yang sangat mengerikan ini.

Dan sekolah pertama dan utama bagi seorang anak adalah ibu.

Sebuah ungkapan mengatakan : Ibu adalah sekolah, maka jika sekolah yang disediakan tidak bermutu, bagaimana para pelajarnya akan maju ?
Dalam ungkapan lain juga dikatakan :
Wanita adalah tiang negara. Jika ingin menegakkan negara, lindungilah wanita dan jika ingin menghancurkan negara, hinakanlah wanita

Dari kedua ungkapan tersebut jelaslah bahwa pendidikan bagi wanita sangatlah penting. Perannya begitu mulia dikarenakan Allah telah menetapkan bahwa ibulah tempat persemaian  generasi manusia ini. Seorang ibu memiliki peranan besar dalam mendidik anak-anak mereka. Bahkan dimulai dari mendidiknya didalam kandungan, masa pra baligh dan seterusnya. Ibulah yang bertanggungjawab menciptakan suasana kondusif penuh keimanan kepada anak di masa pra balighnya. Dan itulah yang akan membentuk corak dasar dalam kepribadian seorang anak.
Ibarat kertas putih, maka orangtua lah terkhususnya ibu yang akan memberi warna dasar dalam kepribadian seorang anak sehingga kelak akan memberikan paduan warna warni yang indah dan memikat. Untuk itu seorang ibu haruslah cerdas dan memiliki kepribadian islami yang tinggi. Agar kepribadian tersebut mampu menyusup dalam jiwa anak yang paling tersembunyi lalu tertanamkanlah sifat-sifat mulia dan nilai-nilai islam yang tinggi pada jiwa dan perilaku sang anak.

Disisi lain pada zaman yang serba canggih ini ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan lainnya yang berkembang sangat cepat. Penguasaan terhadap hal tersebut menjadi keterampilan wajib bagi pelajar masa kini, maka ditengah dunia yang seperti ini sudah menjadi sebuah keharusan bagi seorang ibu untuk menguasai hal-hal tersebut.
Karena begitu mengkhawatirkannya serangan budaya internet ini dalam merusak generasi muda.
Sayyidina Ali ra berkata, "Aku mengetahui sesuatu itu buruk agar aku tidak terjatuh didalamnya..." Begitu juga dengan seorang ibu pentingnya memiliki wawasan luas agar tau bagaimana perkembangan zaman dan apa-apa yang mesti dijauhi oleh anak-anaknya dari berbagai sisi kehidupan.
Jika musuh-musuh islam begitu gentarnya berusaha menghancurkan generasi-generasi muda saat ini terkhususnya ummat islam, maka sebagai seorang ibu juga harus lebih sigap dan hati-hati lagi dalam menjaga, melindungi dan mendidik anak-anaknya.

Kita muslimah, sebagai penjaga benteng terakhir ummat, harus memiliki beberapa kiat antisipasi, seperti layaknya penjaga benteng disaat berperang kita harus senantiasa waspada dalam menjaga dan mendidik anak-anak.

Rahasia sukses ulama terdahulu

Jika kita telaah sejarah keberhasilan ulama terdahulu tak lain dan tak bukan rahasia tersebut berasal dari peran seorang ibu dalam menanamkan prinsip-prinsip kebaikan.

Sebut saja Sufyan Ats-Tsauri, beliau adalah tokoh besar tabi’uttabi’in bahkan beliau disebut sebagai pemimpin dalam masalah hadis. Beliau meiliki ibu solihah yang pintar, beliaulah yang selalu memberi semangat dalam menimba ilmu.

Diantara ucapan ibu beliau adalah “Anakku, jika engkau menulis 10 huruf, lihatlah apakah kau jumpai dalam dirimu bertambah rasa takutmu kepada Allah, kelemahlembutanmu dan ketenanganmu? Jika tidak kau dapati hal tersebut, ketahuilah ilmu yang kau dapat berakibat buruk bagimu, ia tidak bermanfaat untukmu.”

Contoh lainnya bisa kita lihat dari kisah Imam Syafi’i seorang imam besar yang cerdas dan memiliki kedalaman pemahaman agama. Ibunya lah yang menjadi sosok luar biasa dibalik keberhasilan beliau tersebut.

Dari kisah dua ulama tersebut dapat kita ambil bahwa keberhasilan tersebut tak terlepas dari peranan ibunya yang merupakan seorang muslimah yang cerdas dan pelajar ilmu agama.

Oleh sebab itu ibu dan calon ibu haruslah memiliki wawasan keagamaan dan akhlak yang mulia, karena cerminan generasi selanjutnya bisa dilihat dari akhlak para wanitanya.

Bagaimana bisa mereka mengawal anak-anaknya ketika dalam dirinya tak ada ilmu yang memadai. Ketika seorang ibu harus mendidik anak-anaknya menjadi seorang mujahid, maka ia harus memahami kemuliaan seorang mujahid. Jika ingin mengantarkan anaknya menjadi ulama terbaik dizamannya, maka ia harus memiliki wawasan islam sebagai bekal mendidik anaknya.

***

Demikianlah, pembinaan yang intensif bagi seorang muslimah agar memiliki ilmu dan kepribadian islam mutlak dibutuhkan sebagai persiapan untuk mendidik dan mengarahkan generasinya.

Karena ilmulah yang mampu membuka tabir kemiskinan, ilmulah yang akan mampu menyelesaikan problematika ditengah zaman yang sangat mengerikan ini. Ilmulah yang akan membuka pintu-pintu peradaban. Dan tentunya tak terlepas dari dua pusaka penting yang menjadi pedoman dalam hidup, Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dan menanamkan Al-Qur’an dan hadis tersebut dimulai dari rumah. Rumah sebagi madrasah pertama dan utama bagi anak-anak. Karena kita tak akan sampai pada tingkat baldatun thoyyibun wa robbun ghofur jika keluarga yang dibina belum berhasil.

Terakhir, pendidikan bagi seorang muslimah bukanlah untuk menyaingi laki-laki, tapi untuk membangun generasi

Wallahu’alam bishshowab

17 Desember, 20:50 CLT 🌹
~Sufaro Al-Hedaya

Sc : dari berbagai sumber

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mendidik Generasi Qur'ani

Melihat banyaknya pesantren-pesantren di tanah air yang akhir-akhir ini mengadakan studi tour keluar negri khususnya negri timur untuk mengambil sanad tahfiz dan tahsin Qur'an menimbulkan sedikit banyaknya rasa sedih sekaligus khawatir akan ini semua. Tidak ada yang salah dengan program ini. Namun, siapapun pihak yang mengadakan ini terkhususnya sebagai orang tua yang ingin mendidik anak-anaknya menjadi generasi Qurani, mestilah tau dan paham bagaimana langkah-langkahnya dalam mendidik. Mendidik generasi Qurani tidak cukup hanya dengan bermodalkan uang banyak. Tidak cukup dengan hanya mengirimkan anaknya sebulan dua bulan ke luar negri, sebut saja Mesir salah satu contohnya. Tidak salah mengirimkan anak untuk belajar Qur'an langsung ke Mesir, namun ada tahapannya. Tahapan inilah yang banyak terlupakan oleh orang tua. Yang pertama kali mesti dilakukan orang tua dalam mendidik anak-anak agar menjadi generasi Qurani adalah menyandarkan diri kepada Allah dan memahami bahwa anak

Beda Jalan, Beda Cerita tapi Tujuan Tetap Satu

"Yang membuat kita pudar semangatnya adalah ketika kita membandingkan lini masa kita dengan lini masa orang lain." ~KHC Pernah tidak merasa tertinggal dari yang lain dalam banyak hal, entah itu soal cita maupun cinta? Kurasa hampir semua orang pernah merasakannya. Tak terkecuali akupun pernah merasakannya, tapi seiring berjalannya waktu kusadari ini semua bukan soal siapa yang cepat siapa yang lambat. Bukan. Menepilah sejenak, coba berbicara antara kamu dan dirimu sendiri. Yang dicari, hilang Yang dikejar, lari Yang ditunggu Yang diharap Biarkanlah semesta bekerja Untukmu Tenangkan hati Semua ini bukan salahmu Jangan berhenti Yang kau takutkan takkan terjadi Kita coba lagi Untuk … Mungkin bisa sambil mendengarkan lirik lagu dari Kunto Aji ini, bagiku ini maknanya dalam. But ya, tergantung perspektif masing-masing.  Biarkanlah semesta bekerja untukmu, tenangkan hati, semua ini bukan salahmu. Dalam banyak hal seringkali kita membandingkan hasilnya dengan yang orang lain dapatka

Sekilas tentang Kehidupan Rumah Tangga

Udah lama banget ga nge-blog, sekalinya nge-blog langsung nulis tentang ini. Tulisan ini terinspirasi dari ftv tadi pagi. Kebetulan lagi nyetrika dan udah lama juga ga nonton dan emang tumben banget siarannya berhikmah, hahah.  Jadi tu hikmah yang aku dapet tadi ayah si gadis bilang, "Ngebangun rumah tangga itu ga kayak ngebangun perusahaan (si anak lagi kerja di sebuha perusahaan). Di perusahaan kalo ada yang ga disukai kita bisa dengan mudah ganti dengan yang lain, tidak dengan rumah tangga."   (Ga pernah seserius ini aku nonton ftv wkkwwk) Auto mikir, iya juga ya. Ya namanya hidup bersama ga suka itu pasti akan ada, gesekan-gesekan pasti akan datang, ga selamanya hubungan itu mulus. Ini yang pertama Yang kedua, kata bapak penjual bubur, " dalam kehidupan rumah tangga itu suami dan istri harus saling membantu dalam menyelesaikan tugas di rumah dan tugas-tugas lainnya. Kalo ibuk lagi ga bisa ngurus anak ya bapak yang gantiin. Pun begitu dengan tugas yang lainnya. Yang m