Dipenghujung 2018 ini aku akan berbagi sedikit kisah tentang perjuanganku bersamanya.
Bersamanya? Si(apa)kah gerangan ???
Sudah dua minggu ini aku dan dia mengambil sebuah pilihan perjalanan yang lebih berliku dari beragam perjalanan sebelumnya. Perjalanan yang membutuhkan kesabaran lebih besar dan napas yang lebih panjang. Dialah WARSY. Nah sekarang udah kebayang kan siapa gerangan? Ialah quran-ku.
Dalam qiroat warsy ini ada banyaaak kaedah baca didalamnya yang bikin lidah patah-patah saat mengucapkannya. Kalo yang lain mungkin satu halaman bisa 3 menit, tapi warsy bisa jauh lebih lama dari itu, belum lagi berbagai macam perpindahan harokatnya, misalnya dalam qiroah hafs yakun ahluhuu, didalam warsy dibaca yakunahluhu. Itu baru satu kaedah lho. Kalo dari segi mad-qosr nya, yaitu panjang pendeknya. Warsy terkenal dengan panjangnya, semua mad nya enam harokat. Sesak napas kadang bacanya, apalagi pada kata yang ga bisa dipotong. Dari qiroah warsy ini ada pesan kesabaran yang aku ambil, ya bahwa mesti ada kesabaran yang harus terus dijaga dalam mencari ilmu.
Itu dia sekelumit tentang perjalanan baru kami.
Tentunya ini bukanlah sebagai pembuka perjalanan, sebelum ini ada berbagai lika-liku yang telah kami lewati dengan linangan air mata. Eh ko lebay gitu ya. Yaiya... ga boong kok.
Kami berguru pada seorang ustazah yang mana ketika awal masuk asrama ini temen-temen juga udah ngabari kalo sama beliau lumayan syadid. Bismillaah, ya namanya belajar ya dicoba aja. Dari pertama masuk aja udah kelihatan syadid nya, alfatihah aja bisa sampai 7x pengulangan. Lanjut dengan albaqoroh, baru baca dikit aja udah salah. Rasa sedihnya luar biasa, loh kenapa?
Sebelum berguru kepada belliau kami telah berguru kepada kurang lebih 9 guru dan beliau adalah yang ke10. Rasanya dulu ga pernah disalahkan begini banget. Ini kok pas setoran salah muluuu. Dalam 3 bulan pertama perasaan udah bener, udah bagus bacaannya itu semakin mencuat. Setiap kali abis setoran ga pernah ga nangis.
Akhirnya kami putuskan untuk mengambil jeda hampir sebulan. Merenung dan berusaha evaluasi diri kenapa kok bisa sama beliau salah teruuuus. Oh iya kelupaan beliau orang mesir pertama yang memanggil namaku RAHMA (dari rahmadani), biasanya yang lain sutsyi, suji atau tohiroh. Katanya biar hatiku lembut dan senantiasa tercurah rahmat dari Allaah SWT. Aamiiin...
Nah bisajadi juga dengan nama rahmah yang beliau sematkan kepadaku menjadi doa yang Allaah ijabah.
Dipenghujung jeda aku mulai berpikir. Mungkin ada rasa sombong ketika melangkah diawal, merasa sudah lebih baik dari yang lain, udah berguru kepada banyak orang, ya rasanya bacaan udah baguslah.
Perasaan itulah yang ternyata menjadi batu besar yang menghalangi masuknya ilmu yang beliau ajarkan.
Astaghfirullaaah....
Sebuah kaedah umum yang kita tau bahwa air hanya akan mengalir kepada tempat yang lebih rendah.
Apatah lagi ini adalah kalam agung, bukan sembarang ilmu. Maka mestilah lagi hati ditundukkan ketika berada dihadapannya. Harus dibuka dengan kunci keikhlasan, kesungguhan dan kesabaran yang harus terus dipupuk dalam perjalanan membersamainya. Agar terbuka pintu-pintu agung lainnya.
Dan iya, dengan rahmat dan pertolonganNya jugalah akhirnya aku bisa menyelesaikan sebuah perjalan bersama beliau dan sekarang kembali memulai perjalanan baru yang lebih sulit, warsy.
Ah, iya. Al-quran.
Bersamanya selalu saja menenangkan. Meski perjuangan agar terus bisa membersamainya tidaklah mudah.
Sebab ada perjuangan untuk menumbuhkan rasa cinta. Cinta yang tak hanya terucap pada lisan namun juga mesti tercermin dalam tindakan. Karna itulah cinta, kata kerja aktif bukan pasif. Perjuangan yang penuh lika-liku.
Yang membuat mata sering terjaga bahkan berurai air mata, tapi ia mulia..
Dan terakhir untukmu aku berdoa
Semoga selalu bisa menjadi alarm kebaikan yang setia mengingatkan diriku ini saat mulai alpha dan terlupa akan tanggung-jawabnya dan dengan apa yang mesti ia pertahankan. Hingga pada akhirnya saat waktunya tiba, saat matahari hanya berjarak sehasta, saat tak ada lagi pelindung, kau datang sebagai sahabat terbaik
~Doaku selalu....
Seorang penyair turki berkata, seseorang yang berjalan kearah cinta(nya) tak akan pernah lelah.
Semoga lelah ini senantiasa diiringi dengan lillaah, sebab surgaNya jauh lebih indah selama lillaah, fillaah, billaah...
Dan bukan cinta namanya jika tidak mengharapkan kebersamaan dengannya kelak di surgaNya.
Allaahumma irhamnaa bil qur’an Yaa RABB...
@lamansuci 🌹
Komentar
Posting Komentar